Film Review: Wonder (2017)


Ketika pertama kali saya mendengar Wonder akan dibuat filmnya, saya sangat antusias mendengarnya karena saya sudah membaca novelnya yang membuat saya jatuh cinta dengan cerita dan karakter-karakter yang ada di dalamnya. Yang sudah-sudah ketika kita menonton film adaptasi dari novel, kebanyakan tidak dapat memenuhi ekspetasi dan cenderung mengecewakan. Tapi tidak begitu untuk Wonder. Filmnya membawa keadilan kepada novelnya dengan menceritakan narasi-narasi penting dari novelnya untuk menjadi hidup dalam gambar bergerak yang masih menyentuh hati dan dapat membuat penontonnya terenyuh.

Wonder sendiri bercerita tentang seorang anak bernama August "Auggie" Pullman (Jacob Tremblay) yang mempunyai kelainan pada tampilan wajahnya dan sering mengalami banyak operasi untuk memperbaiki tampilan wajahnya. Karena kondisi tersebut, Auggie diberikan pendidikan berupa homeschooling dengan ibunya, Isabel Pullman (Julia Roberts) sebagai gurunya. Ketika sudah memasuki kelas 5 SD, orang tua Auggie memutuskan untuk mengirim Auggie ke sekolah umum supaya dia bisa mengenal dunia luar lebih luas lagi dan mendapatkan teman.

Pengalaman yang didapatkan Auggie selama di sekolah tidak selalu menyenangkan, mengingat bentuk mukanya tidak seperti orang kebanyakan, tapi bukan berarti dia tidak bisa mendapatkan teman. Sepanjang film kita akan menyaksikan bagaimana Auggie bertahan di sekolah umum dengan segala hal yang terjadi dengannya dan bagaimana hubungan Auggie dengan keluarganya yaitu sang ibu, sang ayah, Nate Pullman (Owen Wilson), kakak perempuannya, Via Pullman (Izabela Vidovic) dan anjingnya, Daisy.


Saya bahagia dan puas ketika selesai menonton film ini karena tim penulis naskah yaitu Jack Thorne, Steve Conrad dan Stephen Chbosky (yang juga sutradaranya) mengadaptasi cerita dari novel karangan R. J Palacio dengan baik karena naskah dan alur cerita filmnya tidak jauh menyimpang dari novelnya dan masih memasukkan bagian-bagian terpenting dari ceritanya. Selain itu, gaya penceritaan dengan menghadirkan perspektif berbeda dari beberapa karakter di film ini juga ternyata efektif untuk dilakukan di dalam film karena dengan begitu kita dapat memahami dilema dan konflik yang dialami dari masing-masing karakter. Lebih lanjut lagi, kita tidak hanya bersimpati dengan Auggie sebagai karakter utama, tapi kita juga dapat bersimpati dan peduli dengan karakter lainnya.

Dari departemen akting, ah, sudahlah. Ada Jacob Tremblay dan Julia Roberts sebagai karakter ibu dan anak. Sebelum menonton filmnya saya juga sudah yakin pasti mereka akan memberikan akting yang mumpuni. Dan benar saja, mereka melakukan hal itu. Bukan hanya mereka berdua saja, tapi aktor-aktor yang lain pun terasa pas memerankan karakter mereka masing-masing dan membuat film ini terasa hidup dan emosional. Tak jarang di beberapa adegan film ini dapat membuatmu menangis. Jadi saran saya, siapkan tisu sebelum menonton.


Film dengan tema keluarga ini juga mengangkat beberapa isu menarik yang umum terjadi di masyarakat urban zaman sekarang seperti penindasan di sekolah, rasa terabaikan dalam keluarga, renggangnya pertemanan di usia remaja, kurangnya kepercayaan diri dan bagaimana memperlakukan orang yang cacat fisik di sekitar kita. Melalui isu-isu tersebut lantas kita diajarkan bagaimana mengatasi hal itu semua dan membuat keadaan lebih baik lagi

Menonton film ini selama 113 menit akan membuatmu merasa kamu dapat menjadi orang yang lebih baik lagi karena film ini memberikan banyak pelajaran dan petuah-petuah hidup yang amat berharga entah melalui tingkah laku karakternya ataupun bertebarannya kata-kata mutiara yang bisa kita resapi maknanya lebih jauh, bukan hanya sekedar menjadi caption di postingan media sosial kamu.

-Be kind, for everyone is fighting a hard battle-

Script and Directing: 8.0
Acting: 8.5
Story: 8.5
RATING: 8.3/10

Comments

Popular posts from this blog

Film Review: Posesif (2017)

Coming Soon: Up In The Air.