Film Review: Baby Driver (2017)
Jika ada pertanyaan film apa yang paling saya tunggu
tahun ini, jawabannya akan sangat mudah yaitu Baby Driver. Mengapa
demikian? Bayangkan saja, saya ini merupakan salah satu dari sekian banyak
orang yang mengagumi Edgar Wright, sang sutradara film tersebut. Saya mengikuti
media sosial beliau dan kebetulan beliau sangat aktif bahkan ketika Baby Driver
masih dalam tahap produksi tahun lalu. Belum lagi ketika filmnya keluar di
beberapa negara pada tanggal 28 Juni kemarin dan Edgar melakukan tur promo ke
belasan negara untuk film Baby Driver ini dan di tiap masing-masing negara itu
beliau tidak lupa selalu memposting apapun dalam rangka mepromosikan
habis-habisan Baby Driver. Di sisi lain, Baby Driver baru tayang regular 30
Agustus di Indonesia. Apakah anda mendapat gambarannya mengapa saya amat sangat
menantikan film ini? Ibarat sudah jatuh cinta lama sama gebetan tapi belum juga
kunjung pacaran, kurang lebih seperti itulah rasanya menantikan Baby Driver
untuk akhirnya tayang di Indonesia.
Akhirnya saya memutuskan untuk menonton advance
midnightnya pada tanggal 26 Agustus dan semua rasa penasaran saya tertuntaskan.
Meskipun menurut saya ini bukan film Edgar yang terbaik (yang terbaik tetap Hot
Fuzz, film tersebut bahkan saya cantumkan di akun Letterboxd saya sebagai
salah satu film favorit, by the way username akun Letterboxd saya Tikahani ya),
Edgar tetap membuat saya terkesima lagi lagi dan lagi.
Baby Driver berkisah tentang Baby (Ansel Elgort),
seorang pengemudi lihai yang direkrut oleh Doc (Kevin Spacey) sebagai pengemudi
dalam berbagai macam aksi pencurian di tempat dan kru yang berbeda. Baby kerap
mendengarkan musik dari iPodnya untuk meredamkan dengungan di telinganya karena
dia menderita tinnitus, yaitu masalah dengan pendengarannya akibat kecelakaan
mobil yang dideritanya semasa kecil. Kelihaian Baby dalam menyetir dan
menghindari kejaran polisi membuat Doc
tetap ingin menggunakan jasanya meskipun Baby menyatakan sudah tidak ingin
terlibat lagi. Ketika Baby akhirnya ikut serta dalam misi pencurian lainnya
yang kali ini melibatkan Bats (Jamie Foxx), Buddy (Jon Hamm) dan Darling (Eiza
González), hal-hal berubah
mejadi kacau dan tidak sesuai rencana sehingga Baby harus berhadapan dengan
banyak rintangan yang meliputi kejar-kejaran mobil dan baku tembak dimana dia
juga harus mencari cara untuk memastikan Debora (Lily James), seorang pramusaji
yang merupakan wanita idamannya selamat dan tidak terlibat dalam kekacauan tersebut.
Kita dapat menikmati
karya seseorang jika orang tersebut membuat karyanya dengan cinta dan dedikasi
yang besar. Hal itulah yang benar-benar dilakukan Edgar Wright untuk film ini.
Edgar sudah memiliki ide original untuk membuat film bertema perampokan dan
kejar-kejaran mobil semenjak tahun 90-an ketika beliau masih berusia 21 tahun.
Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2003 beliau berkesempatan membuat video
musik untuk Mint Royale berjudul Blue Song dengan tema perampokan bank dimana
pengemudinya menunggu di dalam mobil dan bertingkah atraktif sambil
mendengarkan lagu yang mana pada Baby Driver akhirnya diadaptasi sebagai adegan
pembuka titular yang langsung mencuri perhatian penonton seketika. Seakan tidak
lupa akan karyanya terdahulu yang juga membawa inspirasi untuknya, Edgar pun
menyisipkan potongan video musik Mint Royale – Blue Song di dalam salah satu
adegan Baby Driver.
Berbicara tentang
adegan pembuka Baby Driver, maka kita tidak bisa menghiraukan elemen penting
dalam film ini yaitu penggunaan musik dan lagu yang sangat dominan dan membuat
adegannya terasa lebih hidup dan menarik. Hal tersebut ternyata tidak hanya
terjadi di awal-awal film, melainkan terjadi pada keseluruhan film. Kita diajak
untuk mengalami bagaimana tiap adegan demi adegan bersinkronisasi secara indah
dengan tiap lagu yang sedang diputar terutama adegan balapan mobil dan baku
tembak yang menjadi sorotan di film ini. Elemen audio tidak hanya datang dari
lagu yang diputar, melainkan juga dari suara di sekitar seperti orang yang
sedang berbicara, suara mesin, suara langkah kaki, gonggongan anjing dan
lainnya. Semua elemen audio tersebut menyatu dengan harmonisnya sehingga kita
terperangah dibuatnya. Belum lagi quick-cut gaya khas Edgar yang dilakukan di
sini semakin membuat film terasa dinamis dan penuh energi
Permainan warna dalam
film ini juga tidak kalah cantiknya. Di awal kita lihat Baby dan yang lainnya
melancarkan operasi perampokan menggunakan mobil Subaru WRX dengan warna merah
menyala yang terlihat menonjol. Dari situ bisa diketahui bahwa Edgar juga
memperhatikan permainan visual dengan seksama. Adegan laundry pun juga
memanjakan mata yang membuat perbincangan antara Baby dan Debora lebih manis
dan romantis. Semua permainan visual tersebut juga didukung secara positif oleh
bagian penataan wardrobe. Setelan Baby yang casual sangatlah enak dan asyik
untuk dipandang terlebih dengan koleksi kacamata hitamnya yang membuatnya
terlihat semakin keren. Tidak hanya Baby, karakter lainnya pun diberikan
penampilan yang sangat mendukung karakteristik masing-masing. Siapa yang bisa
melupakan begitu saja sweater merah Bats dengan gambar kartu raja? Hal-hal
kecil seperti itulah yang membuat film ini ikonik dan memiliki ciri khasnya
sendiri.
Beragamnya jenis
karakter di film ini membuat kita peduli akan apa yang akan terjadi selanjutnya
pada mereka, terutama pada Baby. Ansel Elgort berhasil membawakan peran Baby
yang notabene karakter protagonis yang terlihat tenang dan tidak banyak
berbicara menjadi karismatik. Menarik untuk melihat apa yang terjadi di sekitar
Baby selain terlibat dalam perampokan, seperti Baby mempunyai ayah angkat tuli
bernama Joseph (CJ Jones) yang harus dia rawat, hobinya yang suka mengedit
percakapan menjadi rekaman remix hasil karyanya sendiri dan bagaimana dia
menemukan kenyamanan dengan Debora yang membuatnya jadi banyak berbicara. Laju
perkembangan karakter Baby pun mengalami perubahan signifikan yang membuat kita
memahami apa yang benar-benar bisa dia lakukan dalam kondisi mendesak.
Lily James sebagai Debora
mampu mengimbangi Ansel untuk mempertunjukkan romansa percintaan di tengah
keadaan yang kusut sehingga membuat kita sadar sejenak bahwa film ini tidaklah
sekedar film dor-dor aksi belaka, melainkan juga menyisipkan hati yang manis
dan hangat di dalamnya. Peran gembong mafia pun dilakoni secara apik oleh Kevin
Spacey sebagai Doc yang terkadang terasa sebagai figur ayah untuk Baby terlepas
dari urusan bisnis mereka. Belum lagi Jon Hamm yang terlihat necis sebagai
Buddy dan berpasangan serasi dengan Eiza
González sebagai
Darling yang terlihat seksi dan garang. Dan jangan lupakan juga Bats, karakter
menjengkelkan yang sukses dibawakan oleh Jamie Foxx yang kerap membuat onar. Karena karakter-karakter di film ini
kebanyakan menggunakan nama samaran, di situlah saat ketika Edgar juga
melancarkan keusilannya dengan melakukan permainan kata-kata yang terdengar
catchy dan membuat kita cekikikan.
Dengan semua elemen
utama dalam film yang bersinergi dengan solidnya, tidak bisa dibantah bahwa
Baby Driver akan bertahan lama di pikiran anda setelah anda menontonnya dan anda akan merasakan efek ketagihan dimana
anda merasa anda butuh untuk menontonnya lagi dan lagi. Baby Driver sudah
mengukuhkan dirinya sebagai pengalaman sinematik yang fantastis.
Directing: 9.2
Acting: 8.8
Story: 8.5
RATING: 8.8
Comments
Post a Comment